Pengikut

Jumat, 26 April 2013

BUKAN KOLEKTOR PANCI



Apa sesuatu yang kamu cari selama ini sudah ketemu?
Apa yang akan kamu lakukan ketika sesuatu yang kamu cari ada di hadapanmu?
Ini kisahku, aku yang ternyata menemukan sesuatu yang aku cari. Sesuatu yang bahkan kamu sudah menyerah untuk mencarinya, namun secara mengejutkan muncul bahkan kamu akan shock dibuatnya. Tapi percayalah, kalau rencana Tuhan itu lebih cantik dari segala kecantikan yang kamu bayangkan.
Kisah ini bermula saat perkuliahan awalku di semester 4. Pertemuan pertama yang cukup datar dan tentu saja monoton, perkenalan dan bla bla bla. Aku sempat ingin bolos pada pertemuan pertama ini, karena aku yakin kalau isinya akan basi. Hari Rabu kali ini akan menjadi kisah yang sangat amat menjengkelkan, berpuluh-puluh kali lipat lebih menyebalkan dari yang aku pikirkan. Perkenalan antara dosen dengan mahasiswa dan selanjutnya adalah memperkenalkan diri sendiri, ah..rasanya seperti sedang di taman kanak-kanak saja!. Yang lebih parah lagi adalah bahwa ketika kamu berdiri dan memperkenalkan dirimu sendiri, kamu juga harus mengungkapkan statusmu sendiri, apakah kamu seseorang yang laris atau tidak laris. WHAT THE HELL WITH THIS FUCKIN CLASS?? DAMN!!
Sepanjang perjalan tadi aku masih mengunci mulut, berjalan lunglai tak berdaya. Rasanya aku mulai teringat kembali kisah saat SMA dulu, sumpah! aku sudah kapok menjadi cewe gila, kapok! (ucapku dalam hati). Ya, ini tentang kebiasaan gilaku sewaktu SMA dulu, ah..rasanya terlalu malu untuk mengakui kalau itu adalah aku. Waktu itu adalah aku yang belum terlahir dewasa, aku yang dengan kekanak-kanakanku yang ah..(tutup muka pake ember). Aku adalah korban dari penyakit  ingin sekali punya pacar, ini semakin menjadi-jadi saja ketika aku mulai memencet-mencet nomor telepon dan menghubunginya satu per satu, menunggu dan mendengar seseorang mengangkatnya, berharap itu adalah seorang pria beneran berusia sama atau berada sedikit lebih tua dariku. Dan sepanjang kegiatan rutin yang aku lakukan sepulang sekolah, kesemuanya adalah nihil, aku hanya menghabiskan pulsaku saja. Sekarang kebiasaan gila semacam itu sudah aku hentikan, dan sudah setahun terakhir ini merasa kapok dan menyerah untuk  mencari dan terlalu berharap. Aku lebih menyibukkan diri dan sedang asik menikmati waktu bersama teman. Ketika tiba-tiba, di Minggu yang kedua, dihari yang sama, yaitu hari rabu, aku mulai merasa sesuatu seperti ada angin surga berhembus.
Aku duduk di belakang ketika mata kuliah berlangsung, dan tiba-tiba saja datang  seseorang yang secara mengejutkan berpenampilan aneh, entahlah dari mana datangnya  anak manusia berpenampilan aneh itu. Terlihat sangat mencolok, bukan dari parasnya, melainkan dari stylenya. ah..sepertinya mataku mulai nakal. Mataku terus saja mengekori tingkah  dan gerak-geriknya. Ah..genit sekali aku ini! Ada sesuatu yang beda dari dia, apa itu, aku juga tidak tahu, tapi..ekor mataku suka dengan kesibukan barunya, yaitu menguntit dia dan bibirku yang secara mengejutkan selalu menyembul-nyembul menjijikan cengar-cengir sendiri.
Minggu ke Minggu aku mulai memperhatikannya terang-terangan, mungkin ekor mataku minta cuti. Aku bahkan sengaja duduk sejajar dengan dia, agar sewaktu-waktu saat aku kebelet ingin memandangnya, aku tinggal memiringkan kepala dan jeng jeng aku dapat!!!!!. Dia aslinya adalah cute, tapi stylenya seolah sembunyikan wajah aslinya, stylenya menegaskan kalau dia bukan cute, melainkan cool, ah..dia aneh. Aku suka rambutnya, emm..tidak, aku suka warna kulitnya, ah..aku juga suka matanya, suka tingkahnya yang nyaris tak terdeteksi, suka kutek hitamnya, suka  tali-tali yang melilit tangannya yang panjang, suka anting kecil berwarna hitamnya, suka hanphone yang selalu ia mainkan untuk menyumpal telinga dengan head sheetnya, aku juga suka tas gendongnya, aku suka tempat duduk yang dia pilih, aku suka bla bla bla (dipotong karena akan menghabiskan banyak kertas).
Ini semakin mengklimaks, aku mulai mencari tahu namanya, jurusannya, dan tentu saja jejaring sosial bernama facebook juga twitter tak lantas membuatku lupa untuk aku kepokan. Namanya, aku suka namanya, Panji Kusuma. Oke aku juga punya panggilan sayang buat dia, panci, panciku. Aku suka, suka, suka sekali. Dia mulai membuat lelucon, ketika anak-anak yang lain sibuk presentasi, si panci malah menyuarakan bunyi-bunyi yang ternyata adalah nyanyian seperti marawisan “tolaaal badru alaika, minsani yatil wadaaa…..” aduhhhh semua dibuat ngekek olehnya, si panci, panci bututku (hoek).
Panji Kusuma, jurusan Seni musik seperti Justine Timberlake yang nyasar ke dalam laboratorium milik Albert Einstein. Dan akulah satu-satunya alat laboratorium yang ingin di bawa pergi olehnya, bersama dengan dia, ke dunia Justin Timberlake awawawaw.  Aku mulai ketagihan mengulik facebooknya, dan ketika aku menemukannya, aku seperti dihantam puluhan ton keju mozzarella. Tak peduli sebesar apapun kamu menyukai makanan, tapi kalau dalam jumlah yang sangat banyak, pasti kamu akan mati overdosis. Hal ini sama denganku, aku begitu menyukai keju, tapi apa jadinya kalau berton-ton keju itu menindihiku, menguburku dan KO ID lah aku. Panci unik itu sudah ada yang memiliki,  ternyata dia tidak lebih dari sebuah panci unik dan langka  yang dicari banyak orang, hingga kini ia sudah ada di dapur seorang wanita berperawakan seksi, dan jago menggunakan panci dengan lihai. Sementara aku apa? aku mungkin hanya akan membuat panci itu gosong, penyok dan berakhir  di rongsokan. Entahlah, tapi rasa suka pada panci unik dan langka  ini semakin tak terhindarkan, aku ingin memilkinya tapi disisi lain aku juga takut tak dapat bersaing dengan para kolektor panci-panci unik kelas dunia di dunia perlelangan panci. Aku putuskan untuk menjadi panitia gelap dari perlelangan panci unik ini saja, alias menjadi secret admirer (kata klasik, sialan aku benci itu!).
Aku mulai tahu kalau dia itu adalah seorang drummer dan pemain saxso di kampusku. Ah..semakin ciut aku. Suatu hari, aku mulai menatapnya rada lelah, tapi tak ingin berhenti. Dia terlihat mulai berbicara pada anak perempuan di depannya, ah.. rasanya kampret sekali, kenapa bukan aku saja yang ada di posisi itu. Aku memang tidak pernah berbincang dengan dia, rasanya pasti seru, ketika dia menyentuh bahuku dengan telunjuknya, sambil  memanggil ‘eh’  karena tidak tahu namaku, lalu aku menoleh dan mataku akan sangat sehat karena menerima asupan gizi yang baik. Aku mulai menatapnya, bukan karena ganjen atau nakal, karena memang itulah sopan santun, ketika ada orang berbicara, bukankah sudah sepantasnya sebagai lawan bicara kita menatap matanya untuk menghargai si pembicara (benarkan, weee) AKHHHHHHHHH….FREAK!!!
Ini akan terdengar seperti alunan dari beberapa lirik lagu dari musisi ternama kelas dunia  yang sengaja di remix demi terciptanya simfoni dari kisah cinta abal-abal milikku (ember mana ember)
**Never mind I’ll find someone like you (Adele), Where have you been (Rihana), I will wait (Mumford and Sons), Kiss me (Ed Sheeran), I knew you were a trouble (Taylor Swift), Feel this moment (Christina Aguilera feat Pitbul).
Sejenak aku lupa kesedihanku, aku lupa kesepianku, aku lupa kerapuhanku, aku lupa masalahku, aku lupa semua beban di pundakku. Mungkin dia  adalah tamu yang sengaja Tuhan datangkan untuk menghapus air mata yang sejak lama aku pendam (plastik mana plastik). Dengan alasan apapun, aku berterimakasih sekali kepada Tuhan, atas segala rencana yang Ia rancang untukku, dulu, sekarang dan  di masa yang akan datang. Dan untuk si panci, yang kemarin menggunakan jeans sembarangan, dan singlet hitam juga kemeja kotak-kotak, kamu tetap ya jadi panci unik dan langka  yang akan selalu menjadi buronan bagi para  kolektor panci. Aku akan menunggu panci panci unik lain, yang sudi masuk dapurku, meski tahu kalau aku bukanlah seorang kolektor melainkan hanya wanita biasa yang menyukai panci dengan tulus.

**marawisan
Ya nabi salam alaika ya rasul salam alaika solawatuwloh alaika jeng..jeng jeng (salam-salaman di lanjut guling-guling ditengah jalan).
Sodakauloh, nuwun J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar